siang melabuhkan tirai acara
berabad jiwa terasa kekosongan
malam menonjolkan rembulan
kembali menerangi malamnya
dia teguh menanti sinarnya
melewati waktu yang dinanti
sang semut mencucuk jasadnya
tidak setanding jiwanya yang dihiris
pisau perindunya terlalu ngilu
menyiat kulitnya satu persatu
Dia masih mampu bertahan
sebelum dijemput Sakaratul Maut
Dia tetap disini
menunggu perindunya mengubati jiwanya
menunggu pujaannya melafazkan madah kemaafan
menanti penuh teruja
menanti dan terus menanti
malam suram semakin menghampiri
malam suram semakin mendekati
wajahnya yang suram dibanjiri kerinduan
ATIKAH MUSTAPA
UPSI, TANJUNG MALIM, PERAK
No comments:
Post a Comment